Pelestarian Tradisi Siat Sambuk di Banjar Adat Pohgending Desa Pitra Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan

Authors

  • I Gede Made Yudhi Bala Putra IKIP SARASWATI TABANAN
  • I Wayan Gata
  • I Ketut Sukanta

Keywords:

Tradisi Siat Sambuk

Abstract

ABSTRAK
Di setiap daerah di Bali tentunya memiliki tradisi yang unik di masing-masing daerah yang juga akan
menjadi ciri khas daerah tersebut. Tradisi tersebut merupakan asset budaya yang harus tetap dilestarikan
dan dilaksanakan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan
tradisi siat sambuk, makna tradisi siat sambuk dan upaya pelestarian tradisi siat sambuk di banjar adat
pohgending. Metode yang digunakan dalam mengkaji penelitian pada skripsi ini adalah deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu wawancara dan studi dokumen. Penelitian ini
dilakukan di Banjar Adat Pohgending, Desa Pitra. Proses pelaksanaan tradisi Siat Sambuk dimulai dari
tahapan pertama yaitu pelaksanaan Upacara Melasti yang dilaksanakan beberapa hari sebelum hari raya
Nyepi, Melasti bertujuan untuk menyucikan diri sebelum memasuki hari raya Nyepi. Setelah itu pada saat
hari Pengerupukan, di siang hari dilaksanakan upacara Pecaruan Tawur Agung kemudian dilanjutkan
dengan Pengarakan Ogoh-Ogoh. Tradisi Siat Sambuk akan mulai dilaksanakan setelah selesai pengarakan
ogoh-ogoh, pelaksanaan tradisi ini dibagi menjadi dua kelompok yang akan berperang, dilaksanakan
dengan durasi sekitar 15-20 menit. Setelah tradisi dinyatakan selesai para peserta akan kembali berkumpul
untuk mendapatkan Tirta dari Pemangku Banjar Adat. Pelaksanaan tradisi ini sangat erat kaitannya dengan
kehidupan masyarakat Banjar Adat Pohgending karena masyarakat mempercayai tradisi ini sebagai
penolak bala dan menetralisir unsur-unsur negatif yang ada di lingkungan Banjar Adat Pohgending.
ABSTRACT
Every area in Bali certainly has unique traditions in each area which will also become the hallmark of
that area. This tradition is a cultural asset that must be preserved and implemented properly. The purpose
of this study was to find out the process of carrying out the Siat Sambuk tradition, the meaning of the Siat
Sambuk tradition and efforts to preserve the Siat Sambuk tradition at Banjar Adat Pohgending. The method
used in reviewing the research in this thesis is descriptive. The data collection techniques used in this study
were interviews and document studies. This research was conducted at the Banjar Adat Pohgending, Pitra
Village. The process of carrying out the Siat Sambuk tradition starts from the first stage, namely the
implementation of the Melasti Ceremony which is held a few days before Nyepi. Melasti aims to purify oneself
before entering Nyepi. After that, on the day of Pengrupukan, in the afternoon, Pecaruan Tawur Agung
Kesanga is held, followed by the Ogoh-Ogoh parade. The Siat Sambuk tradition will begin after the ogohogoh procession is finished, the implementation of this tradition is divided into two groups that will fight,
carried out with a duration of about 15-20 minutes. After the tradition is declared complete, the participants
will gather again to get Tirta from the Traditional Banjar Stakeholders. The implementation of this tradition is
very closely related to the life of the Banjar Adat Pohgending community because the community believes
this tradition is to repel reinforcements and neutralize negative elements that exist in the Banjar Adat
Pohgending environment.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2023-09-21

How to Cite

Bala Putra, I. G. M. Y., Wayan Gata, I., & Ketut Sukanta, I. (2023). Pelestarian Tradisi Siat Sambuk di Banjar Adat Pohgending Desa Pitra Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Jurnal Mahasisya Pendidikan, 5(1), 21. Retrieved from http://ojs.ikip-saraswati.ac.id/index.php/mahasisya-pendidikan/article/view/594